Hebel adalah bahan bangunan yang sekarang banyak digunakan untuk menggantikan bata merah. Namun, masyarakat umum banyak yang tidak tahu bahwa sebenarnya hebel adalah sebuah merek. Pada awal kemunculannya, hebel digunakan untuk membangun gedung yang besar. Sekarang, masyarakat juga menggunakannya untuk membangun rumah-rumah.
Hebel adalah nama yang umum digunakan masyarakat untuk merujuk pada bata ringan atau Autoclave Aerated Concrete (AAC) yang dikembangkan oleh Joseph Hebel di Swedia tahun 1923. Setelah dikembangkan oleh Hebel, AAC ini mendapat julukan Aerated Lightweight Concrete (ALC). Di Indonesia, bata ringan ini pertama kali diproduksi oleh PT Hebel Indonesia di Karawang. Karena makin banyak pembangunan gedung dan rumah yang menggunakan hebel, maka permintaannya mengalami lonjakan. Berikut adalah beberapa kelebihan hebel dibandingkan bata merah.
Hebel jauh lebih ringan dibandingkan bata merah sehingga memudahkan mobilisasi di gedung-gedung yang tinggi. Bobot yang ringan juga memudahkan dan mempercepat para tukang dalam melakukan pemasangan.
Harga sebuah hebel memang sedikit lebih mahal dibandingkan sebuah bata merah. Tapi untuk membuat dinding seluas 1 m² hanya dibutuhkan 8-9 buah hebel. Sedangkan jika menggunakan bata merah, dibutuhkan 70-72 buah.
Hebel dikenal kuat berkat proses aerasi yang homogen dan dikendalikan melalui komputer. Proses tersebut menghasilkan beton yang ringan tapi kuat.
Baca Juga : Bata Merah vs. Bata Ringan
Hebel dapat mengurangi hawa panas sehingga mengurangi risiko kebakaran dari luar.
Karena ergonomik, maka menghasilkan bata yang presisi sehingga tukang dapat memasangnya dengan rapi. Selain itu, penggunaan semen instan membuatnya tidak perlu banyak tempat untuk proses penyampuran dan pengadukan.
Dengan demikian, hebel adalah hasil inovasi bahan bangunan yang berkontribusi pada perkembangan dunia konstruksi. Namun sebagai buatan manusia, hebel tetap memiliki kekurangan, antara lain butuh tukang dengan keterampilan khusus untuk memasangnya dengan benar.