Rumah di Jepang memiliki fenomena unik di mana banyak properti dijual dengan harga murah, bahkan ada yang diberikan gratis. Ini bukan karena krisis properti, melainkan akibat faktor demografi, budaya, dan ekonomi. Bagi yang ingin memiliki rumah murah di Jepang, ini bisa menjadi peluang besar, tetapi ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, seperti biaya renovasi, pajak, dan lokasi.
Dengan angka kelahiran yang rendah dan meningkatnya jumlah lansia. Akibatnya, banyak rumah di Jepang dibiarkan kosong tanpa ahli waris yang bersedia mengambil alih properti tersebut. Pemerintah setempat menghadapi tantangan besar dalam mengelola properti kosong ini, yang terus bertambah setiap tahunnya.
Di Jepang, rumah jarang dianggap sebagai investasi jangka panjang karena nilainya cenderung menurun seiring waktu. Setelah sekitar 20-30 tahun, banyak rumah di Jepang mengalami depresiasi nilai secara signifikan dan dianggap kurang menarik bagi pembeli. Hal ini disebabkan oleh preferensi masyarakat Jepang yang lebih menyukai rumah baru dibandingkan rumah bekas. Akibatnya, rumah lama sulit terjual dan harganya turun drastis. Selain itu, banyak pemilik lebih memilih menjual rumah di Jepang dengan harga murah daripada harus menanggung pajak properti dan biaya perawatan yang terus berjalan, menjadikan pasar rumah bekas di Jepang penuh dengan penawaran murah.
Pemilik rumah di Jepang diwajibkan membayar pajak properti tahunan yang dihitung berdasarkan nilai tanah dan bangunan. Selain itu, rumah di Jepang yang tidak ditempati dalam jangka waktu lama dapat dikenakan pajak tambahan oleh beberapa pemerintah daerah untuk mengurangi jumlah rumah kosong. Banyak rumah murah di Jepang juga membutuhkan renovasi besar agar memenuhi standar keamanan dan kenyamanan modern. Hal ini sering kali membuat calon pembeli rumah di Jepang berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk membeli, mengingat biaya tambahan yang diperlukan untuk perbaikan dan pemeliharaan.